Senin, 13 September 2010

Agama tak Bisa Dipisahkan dari Pendidikan

Filosofi pendidikan yang semacam itu seringkali abai ditanyakan para guru. Mereka lebih suka bertanya tentang kenaikan gaji dan anggaran pendidikan 20 persen. Padahal, filosofi tersebut sangat penting untuk dimengerti dan dihayati oleh para guru.

Pendidikan, katanya, berbeda dengan pengajaran. Pendidikan bertujuan menciptakan kecerdasan hati dan watak atau karakter. Sedangkan pengajaran lebih berorientasi pada kecerdasan otak.

''Kecerdasan watak yang perlu dimiliki oleh para siswa adalah keimanan dan ketakwaan, selain juga penguasaan ilmu pengetahuan. Sebab, banyak hal yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah dan hanya bisa diterima dengan iman dan takwa. Ke depan, generasi yang menguasai ilmu pengetahuan sekaligus beriman dan bertakwa, akan membawa bangsa ini ke kehidupan yang lebih baik,'' katanya menjelaskan.

Mahfud lalu mencontohkan sosok mantan presiden, Habibie, dan mantan menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim. Keduanya menguasai ilmu pengetahuan yang bagus. Namun, keimanan dan ketakwaannya juga bagus.

Karakter seperti itu perlu ditumbuhkan dalam sistem pendidikan di Indonesia. ''Selama ini banyak yang mendikotomikan antara pendidikan dan agama. Menurut saya, itu sebuah kekeliruan. Krisis moral yang banyak terjadi saat ini salah satunya disebabkan oleh pendidikan yang gagal memberikan kesadaran moral, keimanan, dan ketakwaan kepada para murid,'' papar Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu.

Selama ini, tuturnya, banyak pihak yang merasa alergi dengan pendidikan agama. ''Mereka menganggap pendidikan agama itu kampungan. Padahal, ilmu pengetahuan saja tidak akan mampu mengkaji berbagai persoalan yang ada di sekitar kita.''

''Karena itu, anak-anak kita ke depan harus didik agar menjadi pintar, namun beriman dan bertakwa. Ini penting demi kehidupan yang lebih baik. Sebab, kalau hanya mengandalkan ilmu pengetahuan sebagai dasar teknis metodologis, akan berbahaya. Praktik jual beli hukum dan korupsi, menurut saya, lebih disebabkan mereka tidak punya iman dan takwa,'' kata mantan menteri pertahanan di era presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.

Terminologi iman dan takwa, terangnya, tidak hanya milik Islam. Semua agama pasti mengajarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. ''Bapak dan Ibu guru yang hadir di sini perlu mencermati hal tersebut. Jadi, apa pun agamanya, keimanan dan ketakwaan harus ditanamkan kepada para murid,'' ujar Mahfud.

Sementara itu, Direktur Utama PT Telkom, Rinaldi Firmansyah, menyatakan, program pelatihan guru ini merupakan bukti komitmen Telkom terhadap pendidikan di Indonesia. Sebab, pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk kemajuan bangsa.

0 komentar:

Posting Komentar

/ / Agama tak Bisa Dipisahkan dari Pendidikan

Filosofi pendidikan yang semacam itu seringkali abai ditanyakan para guru. Mereka lebih suka bertanya tentang kenaikan gaji dan anggaran pendidikan 20 persen. Padahal, filosofi tersebut sangat penting untuk dimengerti dan dihayati oleh para guru.

Pendidikan, katanya, berbeda dengan pengajaran. Pendidikan bertujuan menciptakan kecerdasan hati dan watak atau karakter. Sedangkan pengajaran lebih berorientasi pada kecerdasan otak.

''Kecerdasan watak yang perlu dimiliki oleh para siswa adalah keimanan dan ketakwaan, selain juga penguasaan ilmu pengetahuan. Sebab, banyak hal yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah dan hanya bisa diterima dengan iman dan takwa. Ke depan, generasi yang menguasai ilmu pengetahuan sekaligus beriman dan bertakwa, akan membawa bangsa ini ke kehidupan yang lebih baik,'' katanya menjelaskan.

Mahfud lalu mencontohkan sosok mantan presiden, Habibie, dan mantan menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim. Keduanya menguasai ilmu pengetahuan yang bagus. Namun, keimanan dan ketakwaannya juga bagus.

Karakter seperti itu perlu ditumbuhkan dalam sistem pendidikan di Indonesia. ''Selama ini banyak yang mendikotomikan antara pendidikan dan agama. Menurut saya, itu sebuah kekeliruan. Krisis moral yang banyak terjadi saat ini salah satunya disebabkan oleh pendidikan yang gagal memberikan kesadaran moral, keimanan, dan ketakwaan kepada para murid,'' papar Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu.

Selama ini, tuturnya, banyak pihak yang merasa alergi dengan pendidikan agama. ''Mereka menganggap pendidikan agama itu kampungan. Padahal, ilmu pengetahuan saja tidak akan mampu mengkaji berbagai persoalan yang ada di sekitar kita.''

''Karena itu, anak-anak kita ke depan harus didik agar menjadi pintar, namun beriman dan bertakwa. Ini penting demi kehidupan yang lebih baik. Sebab, kalau hanya mengandalkan ilmu pengetahuan sebagai dasar teknis metodologis, akan berbahaya. Praktik jual beli hukum dan korupsi, menurut saya, lebih disebabkan mereka tidak punya iman dan takwa,'' kata mantan menteri pertahanan di era presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.

Terminologi iman dan takwa, terangnya, tidak hanya milik Islam. Semua agama pasti mengajarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. ''Bapak dan Ibu guru yang hadir di sini perlu mencermati hal tersebut. Jadi, apa pun agamanya, keimanan dan ketakwaan harus ditanamkan kepada para murid,'' ujar Mahfud.

Sementara itu, Direktur Utama PT Telkom, Rinaldi Firmansyah, menyatakan, program pelatihan guru ini merupakan bukti komitmen Telkom terhadap pendidikan di Indonesia. Sebab, pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk kemajuan bangsa.

«
Next

Posting Lebih Baru

»
Previous

Posting Lama

About Mtsbabakan_alhasan_babakansimpur

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

Tidak ada komentar :

Leave a Reply